MENOLONG ORANG YANG KENA SERANGAN EPILEPSI
Menghadapi pasien epilepsi, orang di sekitarnya diharapkan dapat
membantu mencegah keparahan pasien dengan melakukan beberapa langkah
penanggulangan.
- Miringkan secara perlahan posisi orang tersebut dan letakkan bantal atau sesuatu yang empuk di bawah kepalanya.
- Kendurkan dasi atau kerahnya.
- Jangan pernah memasukkan jari atau sesuatu ke dalam mulut korban. Lidahnya tidak akan tertelan.
- Jangan mengekang gerakan tubuhnya.
- Laporkan kepada keluarganya untuk mendapat pengobatan dokter.
- Saat sadar, penderita tidak ingat apa-apa tentang dirinya yang baru
mengalami serangan. Ada kalanya muncul rasa nyeri kepala dan menggantung
atau rasa bingung setelah terjadinya serangan epilepsi.
PENCET IBU JARI ATASI EPILEPSI
Ketika saudara Anda atau pasien dengan epilepsi
menunjukkan tanda-tanda kejang, segera pencet ibu jarinya. Mengapa?
Memencet ibu jari ternyata dapat mengatasi kekambuhan pada penyandang
epilepsi.
“Setelah saya melakukan pembuktian secara ilmiah,
terbukti memencet ibu jari dapat mengurangi risiko terjadinya bangkitan
epilepsi," ujar dr.Kurnia Kusumastuti Sp.S, Ketua Kelompok Studi
Epilepsi, dalam seminar epilepsi di Jakarta, Kamis (14/6/2012).
Kurnia
mengaku bahwa ia pernah meneliti hal tersebut baik pada hewan dan
manusia. Hasil menunjukkan pemencetan ibu jari secara berkala dapat
mencegah timbulnya korsleting di otak. Ia menerangkan, pada ibu jari
banyak terdapat saraf-saraf yang terhubung langsung dengan otak,
sehingga ia menganggap cara ini cukup ampuh untuk mengatasi tingginya
tenganggan listrik di otak.
Kurnia memaparkan, ketika ibu jari
dipencet, maka akan timbul rasa nyeri. Kemudian, nyeri itu akan terasa
hingga ke otak dan menimbulkan suatu proses di otak, serta mengurangi
penyebab gangguan listrik. Meski begitu, Kurnia mengingatkan, terapi
memencet ibu jari bukanlah dimaksudkan untuk menganti obat-obatan,
melainkan hanya untuk membantu kinerja obat.
Caranya, cukup
dengan memencet ibu jari selama 30 detik, kemudian dilepas, dan dipencet
lagi, begitu seterusnya. Menurutnya, ini adalah terapi yang paling
mudah dan dapat dilakukan semua orang dimana saja.
“Namun, jangan
memencet ibu jari berlebihan, karena hal itu justru akan bisa
menimbulkan stres dan pada akhirnya memicu kejang,” ujar Kurnia.
Kurnia
juga menegaskan, terapi pencet ibu jari tidak bisa dijadikan sebagai
alat penolong ketika terjadi kejang. Karena pada dasarnya, pertolongan
pertama tetap harus dengan pemberian obat anti kejang. Sedangkan pencet
ibu jari hanya mempercepat berhentinya kejang.
“Bila sedang
kejang harus segera diberikan diazepam (obat anti kejang), baik melalui
injeksi maupun dubur. Kalau sudah kejang, listrik di otak sangat tinggi.
Jadi sebelum terjadi kejang obati dengan Obat Anti Epilepsi (OAE),”
tutupnya.
EPILEPSI PADA ANAK BISA DISEMBUHKAN
Gangguan yang dialami ibu pada masa kehamilan serta proses persalinan
yang sulit bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak dan timbulnya
epilepsi. Karena itu kejadian epilepsi pada anak-anak lebih tinggi.
Namun dengan kepatuhan minum obat dan pola hidup yang sehat epilepsi
bisa disembuhkan.
Jenis epilepsi pada bayi dan anak sangat
beragam. Menurut dr.Hardiono Pusponegoro, Sp.A, dari divisi saraf anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagian besar kasus epilepsi
tidak diketahui penyebabnya. Namun beberapa diantaranya disebabkan
karena gangguan otak seperti kelainan bawaan, trauma otak, infeksi,
hingga kekurangan oksigen saat persalinan.
Seorang anak bisa disebut menderita epilepsi jika ia mengalami kejang spontan dua kali atau lebih tanpa sebab yang jelas.
"Kejang
ini disebabkan oleh aliran listrik berlebihan di otak yang muncul
sebagai kejang," paparnya dalam acara media edukasi bertajuk Kenali dan
Pahami Epilepsi, Hapus Stigma Negatif di Jakarta (15/12).
Ia
menjelaskan, pada dasarnya epilepsi tidak menular dan tidak mengganggu
kecerdasan anak. "Bila anak kejang lebih dari 15 menit memang bisa
merusak otaknya. Namun biasanya kejang hanya berlangsung tak lebih dari
tiga menit," kata ahli tumbuh kembang ini.
Pengobatan epilepsi
menurut Hardiono sebaiknya mempertimbangkan aspek efek sampingnya.
"Jangan hanya mencari obat yang paling murah, tapi perhatikan efek
sampingnya karena ada yang bisa mengganggu konsentrasi dan menyebabkan
alergi," katanya.
Pengobatan monoterapi atau memakai satu jenis
obat, menurut dia lebih efektif dibanding beberapa jenis obat. "Makin
sedikit obatnya, makin bagus hasilnya. Sekitar 70 persen tidak kejang
sama sekali," imbuhnya.
Pasien epilepsi memang harus mengonsumsi
obat dalam jangka panjang karena itu diperlukan kepatuhan agar terapinya
berhasil. "Setelah dua tahun tidak kejang lagi, kita akan evaluasi.
Obat juga tidak boleh dihentikan seketika namun perlahan-lahan,"
paparnya.
Penghentian obat secara mendadak, menurut Hardiono bisa
berakibat fatal. "Meski sudah tidak kejang lagi tapi belum tentu
aktivitas listrik di otaknya sudah normal. Jika obat dihentikan anak
bisa kejang-kejang hebat. Ini justru berbahaya," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar